Siswa Aktif Berkat Potensi Kecerdasan Kinestetik

Potensi Kecerdasan Kinestetik – Berlari, bergerak, aktif, dan mengalami kesulitan tetap merupakan ciri khas semua anak. Banyak guru mengeluh bahwa siswanya tidak mau diam karena khawatir disakiti atau mengganggu orang lain. Reaksi para siswa yang tidak mau diam itu karena keingintahuan mereka yang besar. Untuk memenuhi keingintahuannya, mereka ingin mengeksplorasi keadaan atau benda di sekitar mereka. Siswa yang memiliki gaya belajar aktif yang termasuk dalam teori kecerdasan majemuk dikatakan memiliki jenis kecerdasan kinestetik.

Kecerdasan kinestetik adalah keterampilan menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide, perasaan, dan keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik tertentu, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan, serta kemampuan menerima rangsangan (proprioseptif) dan hal-hal yang berkaitan dengan sentuhan (taktil & haptik) (Gardner, 2003). Siswa dengan kecerdasan kinestetik atau kecerdasan kinestetik tubuh mengolah pelajaran melalui sensasi raga. Dalam belajar, mereka selalu ingin menggerakkan atau memperagakan sesuatu. Ciri-ciri tersebut dapat ditemukan pada kemampuan seorang atlet, penari, aktor, atau pemain pantomim.

Potensi Kecerdasan Kinestetik

Guru dapat mengenali anak dengan kecerdasan jenis ini dengan sangat mudah. Menurut Gardner (2003), kemampuan menonjol berikut ini berkaitan dengan kecerdasan kinestetik siswa.

  1. Mudah diekspresikan dengan tubuh.
  2. Menghubungkan pikiran dan tubuh.
  3. Kemampuan memainkan ekspresi.
  4. Aktif bergerak, olah raga, atau menari.
  5. Koordinasi dan fleksibilitas tubuh yang tinggi.

Cara terbaik untuk memotivasi siswa dengan kecerdasan kinestetik adalah melalui akting, improvisasi dramatis, gerakan kreatif, dan segala macam aktivitas yang melibatkan aktivitas fisik. Beri mereka akses ke lapangan bermain, rintangan, senam, kolam renang, dan gym. Selain itu, biarkan mereka memperbaiki berbagai objek, membuat model, dan terlibat dalam aktivitas kerajinan tangan seperti mengukir kayu dan membentuk tanah liat (Armstrong, 2002). Sangat penting bagi guru untuk memiliki kegiatan yang menyalurkan kecerdasan siswa dalam aktivitas sehari-hari seperti membersihkan rumah, memperbaiki peralatan, berolahraga bersama, atau berkemah bersama keluarga.

Metode pembelajaran kinestetik dapat mengadaptasi gaya belajar yang digunakan untuk anak ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) yang memiliki rentang perhatian pendek dan hiperaktif sehingga sulit dikendalikan. Menurut Armstrong (2002), siswa seperti ini perlu bergerak, menyentuh, dan membangun untuk belajar. Mengharuskan mereka untuk duduk diam di sekolah dalam waktu yang lama seperti memborgol kemampuan belajar paling alami mereka ke meja atau kursi. Mereka membutuhkan banyak kesempatan untuk bergerak selama di sekolah: program latihan besar, istirahat peregangan, studi lapangan, belajar dengan sentuhan, demonstrasi, dan cara dramatis lainnya untuk mempelajari informasi baru.

Baca juga:

You might also like
Leave A Reply

Your email address will not be published.