Buku Pendidikan Agama Katolik Kurikulum Merdeka Kelas 4 SD
Buku Pendidikan Agama Katolik Kurikulum Merdeka Kelas 4 SD – Direktorat Pendidikan Katolik Direktorat Jenderal Pembinaan Katolik pada Kementerian Agama bertugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, evaluasi, dan pengawasan di bidang pendidikan agama dan agama Katolik sesuai dengan ketentuan Menteri Peraturan Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama. Direktorat Pendidikan Katolik melaksanakan tugas tersebut sesuai dengan pasal 590 dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: Pembinaan, koordinasi, dan pelaksanaan kebijakan; peningkatan standar pendidikan karakter bagi siswa; fasilitasi infrastruktur dan pendanaan; pengembangan norma, standar, prosedur, dan kriteria; pemberian bimbingan teknis dan supervisi; pelaksanaan evaluasi dan laporan di bidang pendidikan agama dan agama Katolik; dan administrasi Direktorat adalah contoh kegiatan yang terkait dengan kebijakan.
Direktorat Pendidikan Katolik Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Komisi Kateketik KWI, dan Direktorat Jenderal Bimbingan Katolik bekerja sama mengembangkan kurikulum dan buku teks Pendidikan Agama Katolik dan Pendidikan Karakter (buku teks utama) yang mewujudkan semangat belajar mandiri dalam Pendidikan Dasar dan Media Pendidikan. Ada edisi siswa dan guru dari buku ini. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 958/P/2020 tentang Hasil Belajar Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah mencakup kemitraan dalam pembuatan kurikulum ini.
Kurikulum ini menawarkan keleluasaan bagi satuan pendidikan, guru, dan siswa untuk mengembangkan potensi dan belajarnya sesuai dengan bakat dan tahap pertumbuhannya. Penyediaan buku teks bersesuaian kurikulum sangat penting untuk membantu pelaksanaan kurikulum. Salah satu sarana belajar bagi siswa dan guru adalah buku ajar ini.
Kurikulum dan buku ajar Pendidikan Agama Katolik dan Pendidikan Karakter akan diperkenalkan ke Sekolah Mengemudi secara terbatas pada tahun 2021. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1177/M/Tahun 2020 tentang Program Sekolah Memotivasi, inilah kasus.
Tentunya kurikulum dan buku ajar untuk kelas ini perlu ditingkatkan berdasarkan masukan dari instruktur dan siswa, orang tua, dan masyarakat di Sekolah Mengemudi. Direktorat Pendidikan Katolik juga mengucapkan terima kasih kepada penulis, reviewer, pembimbing, editor, ilustrator, desainer, dan pihak terkait lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya secara spesifik atas kontribusinya terhadap buku Pendidikan Agama Katolik dan Moral ini. Semoga buku ini dapat membantu meningkatkan standar pendidikan.
Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Katolik Kurikulum Merdeka Kelas 4 SD
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Tritunggal Mahakudus karena telah memungkinkan kami menyelesaikan penulisan buku pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Pendidikan Karakter untuk kelas empat sekolah dasar. Pada dasarnya, orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya dan harus menjadi prioritas utama mereka (lih. Gravissimum Educationis pasal 3). Begitu pula dengan pendidikan agama bagi anak-anak.
Pertama dan terpenting, pendidikan agama harus dimulai dan dipraktikkan di rumah, di mana anak-anak dapat belajar dan bertumbuh dalam iman mereka. Pengembangan pendidikan iman yang dimulai dalam keluarga harus melibatkan seluruh masyarakat atau Gereja. Kita juga patut mensyukuri bahwa pemerintah Indonesia berperan aktif dalam memajukan pendidikan, khususnya pendidikan agama, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sesuai dengan Pasal 3 UUD, pendidikan nasional berfungsi untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat sekaligus membina potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan tumbuh menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu, Pasal 37 ayat 1 mengamanatkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Pendidikan Bahasa harus dimasukkan dalam kurikulum. Topik ini mengandung makna bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengupayakan menjadikan bangsa Indonesia yang agamis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Berbagai tantangan multifaset yang dihadapi bangsa Indonesia tidak bisa hanya dipahami dan diselesaikan dari perspektif satu dimensi. Namun, pendidikan agama memainkan peran penting dalam membangun karakter dan peradaban bangsa yang terhormat karena akar penyebab krisis adalah moral dan karakter manusia yang buruk.
Penerapan pendidikan agama yang berhasil akan membantu terciptanya generasi yang memiliki etika, moralitas, dan perilaku yang kuat, oleh karena itu penting untuk mempelajari pendidikan agama Katolik yang efektif. Di sisi lain, kegagalan dalam mengemban pendidikan agama akan menyebabkan kejatuhan moral generasi penerus di masa depan, yang kemudian akan menggerus kekuatan negara. Pendidikan Agama Katolik pada hakikatnya berupaya membimbing peserta didik untuk membangun imannya sesuai dengan ajaran iman Katolik dengan selalu memperhatikan dan menghargai perbedaan agama dan kepercayaan.
Hal ini sejalan dengan prinsip dan tujuan pendidikan nasional yang telah diuraikan di atas. Dalam rangka mewujudkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa, hal ini dimaksudkan untuk membina silaturahmi antar pemeluk agama dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. Mengetahui mana yang benar dan mana yang jahat bukanlah tujuan utama pendidikan agama Katolik.
Mengetahui sesuatu tetapi tidak melakukannya tidak ada artinya, seperti yang dikatakan Santo Yakobus: “Karena sama seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian juga iman tanpa perbuatan” (Yakobus 2:26). Dengan demikian, belajar lebih dari sekedar memperoleh pengetahuan; itu juga melibatkan pertumbuhan dan transformasi pribadi. Tidak hanya sekedar belajar, tetapi juga mengubah perilaku seseorang setelahnya.
Dalam proses pendidikan agama, dimaksudkan agar siswa mengembangkan “bakat keagamaan” dan menjadi lebih sadar akan pandangan agamanya sendiri selain mendapatkan wawasan atau pengetahuan baru tentang agama Katolik. Ikatan manusia dengan Penciptanya, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia dengan lingkungannya merupakan bagian dari sikap keagamaan yang utuh dan seimbang.
Studi agama harus memberikan penekanan khusus pada pendidikan budi pekerti atau karakter untuk menjaga keseimbangan ini. Cara seseorang berinteraksi dengan Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat, negara, dan alam adalah inti dari karakter mereka.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SPN, buku Pendidikan Agama Katolik dan Akhlak ini disatukan dalam semangat pendidikan Indonesia untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkarakter Pancasila.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020–2024, visi dan misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menekankan pada nilai keluaran pendidikan yang berwawasan Pancasila. karakter, memperkuat tujuan yang tertuang dalam UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Profil siswa Pancasila mewujudkan siswa Indonesia sebagai pembelajar sepanjang hayat yang kompeten dalam berbagai budaya dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Ini memiliki enam karakteristik utama: 1) iman, takut akan Tuhan Yang Maha Esa, dan akhlak mulia; 2) keragaman global; 3) bekerja sama royong; 4) kemandirian; 5) penalaran kritis; dan 6) kreativitas.
Dalam rangka membantu peserta didik membentuk, mengembangkan, meningkatkan, memelihara, dan memperbaiki perilakunya agar mau dan mampu melaksanakan tugasnya secara rukun, rukun, dan terpadu, nilai-nilai karakter Pancasila digali dan diserap dari ilmu agama yang dipelajari siswa. keseimbangan antara individu dan masyarakat, material dan spiritual, dan fisik dan spiritual.
Singkatnya, dapat dikatakan bahwa pendidikan agama dapat mengembangkan modal manusia atau orang yang bermoral, atau dalam kata-kata Alkitab, “…iman tanpa perbuatan adalah mati” (Yakobus 2:26). Iman yang bersifat aktif dan disertai dengan perbuatan baik. Dengan perkenanan Allah, kita memiliki iman yang vital ini yang memiliki kuasa untuk menyelamatkan kita (lih. Ef 2:8-10; Titus 3:5-8). Buku ajar Pendidikan Agama Katolik dan Pendidikan Karakter Kelas IV SD ini ditulis dengan semangat pendidikan Katolik dan pendidikan umum.
Dengan tujuan membantu siswa memahami, menyadari, dan menyadari iman mereka dalam kehidupan sehari-hari, pembelajaran disusun menurut pola katekese. Dengan demikian, mencapai pemahaman agama bukanlah hasil yang diinginkan. Menurut ajaran iman Katolik, pemahaman ini harus diterjemahkan ke dalam perbuatan praktis dan sikap sehari-hari.
Untuk itu, dibuatlah Buku Pendidikan Agama Katolik Kelas 4 SD Kurikulum Merdeka yang membahas tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Itu dibuat dengan urutan pembelajaran yang menentukan tugas yang harus diselesaikan siswa. Untuk memahami dan mewujudkan ajaran Gereja Katolik dalam kehidupan sehari-hari, buku ini memberikan panduan bagi siswa dan guru.
Dengan adanya kegiatan dalam buku ini, peran guru sangat penting dalam mengelola hasil belajar siswa. Penyesuaian ini antara lain membuka banyak peluang bagi guru untuk menambah kegiatan baru yang sesuai dengan konteks, lingkungan, dan lokasi di mana buku ini diajarkan.
Kegiatan baru ini dapat menggabungkan pembelajaran dari sumber tertulis dengan pembelajaran langsung dari sumber sosial dan lingkungan. Untuk memastikan bahwa pembelajaran tentang Katolik berlangsung secara kontekstual, guru harus kreatif dengan menggunakan kembali buku ini untuk presentasi yang lebih menarik dengan menggunakan semua sumber daya yang dimiliki oleh instruktur dan sekolah.
Buku Pendidikan Agama Katolik Kurikulum Merdeka Kelas 4 SD ini masih memerlukan beberapa perbaikan, sehingga akan sangat dihargai jika pengguna, guru pendidikan agama Katolik, siswa, orang tua siswa, dan siapa saja yang berpengalaman dapat memberikan saran, komentar, dan solusi.
Akhirnya, marilah kita perhatikan pesan rasul Paulus ini sebagai pendidik atau katekis agama Katolik: “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan” (1 Kor. 3:6). Agar siswa tumbuh menjadi orang baik dan anak-anak Tuhan dalam menghadapi tantangan modernisme, kita memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menanam dan memelihara benih iman kepada Tuhan di dalamnya.
Buku Siswa Pendidikan Agama Katolik Kurikulum Merdeka Kelas 4 SD
Berbagai tantangan multifaset yang dihadapi bangsa Indonesia tidak bisa hanya dipahami dan diselesaikan dari perspektif satu dimensi. Namun, pendidikan agama memainkan peran penting dalam membangun karakter dan peradaban bangsa yang terhormat karena akar penyebab krisis adalah moral dan karakter manusia yang buruk. Penerapan pendidikan agama yang berhasil akan membantu terciptanya generasi yang memiliki etika, moralitas, dan perilaku yang kuat, oleh karena itu penting untuk mempelajari pendidikan agama Katolik yang efektif. Di sisi lain, kegagalan dalam mengemban pendidikan agama akan menyebabkan kejatuhan moral generasi penerus di masa depan, yang kemudian akan menggerus kekuatan negara.
Dalam rangka membantu peserta didik membangun, mengembangkan, meningkatkan, memelihara, dan memperbaiki akhlaknya sehingga mau dan mampu menyelesaikan tugasnya dengan rukun, rukun, dan utuh, maka cita-cita karakter Pancasila digali dan diserap dari informasi keagamaan. yang siswa terima. keseimbangan antara individu dan masyarakat, material dan spiritual, dan fisik dan spiritual. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa pendidikan agama dapat mengembangkan modal manusia atau orang yang bermoral, atau dalam kata-kata Alkitab, “…iman tanpa perbuatan adalah mati” (Yakobus 2:26). Iman yang bersifat aktif dan disertai dengan perbuatan baik. Dengan perkenanan Allah, kita memiliki iman yang vital ini yang memiliki kuasa untuk menyelamatkan kita (lih. Ef 2:8-10; Titus 3:5-8). Buku ini dirancang dengan semangat pendidikan Katolik dan nasional bagi siswa yang mengambil Pendidikan Agama Katolik dan Karakter Kelas IV. Dengan tujuan membantu siswa memahami, menyadari, dan menyadari iman mereka dalam kehidupan sehari-hari, pembelajaran disusun menurut pola katekese.
Dengan demikian, mencapai pemahaman agama bukanlah hasil yang diinginkan. Menurut ajaran iman Katolik, pemahaman ini harus diterjemahkan ke dalam perbuatan praktis dan sikap sehari-hari. Untuk itu, buku pendidikan agama yang membahas tentang pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Itu dibuat dengan urutan pembelajaran yang menentukan tugas yang harus diselesaikan siswa.
Download Buku Pendidikan Agama Katolik Kurikulum Merdeka Kelas 4 SD
Untuk memahami dan mewujudkan ajaran Gereja Katolik dalam kehidupan sehari-hari, buku ini memberikan panduan bagi siswa dan guru. Buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran, kritik, dan perbaikan dari para pembaca, guru PAI, siswa, orang tua, dan pihak lain sangat diharapkan untuk penyempurnaan di masa yang akan datang.
Katulis.com kami merekomendasikan Anda untuk langsung download file bukunya melalui situs resmi Kemdikbud, tetapi tidak ada salahnya kalau katulis menyediakan tautan unduhan alternatif sebagai bentuk persiapan jika situs resmi tidak dapat diakses:
Rekomendasi Lainnya:
Buku PAI Kurikulum Merdeka Kelas 4 SD